Jumat, 21 Desember 2012

Identifikasi Jamur Penyakit Pada Tanaman (Phytopatologi)



Salah satu penyebab penyakit pada  tanaman jeruk dikarenakan adanya serangan Jamur. Jamur merupakan mikroorganisme eukariota, memiliki spora, dan tidak mempunyai klorofil, mempunyai dinding sel yang berisi khitin, selulosa, atau keduanya (Shivas dan Beasley, 2005). Sebagian besar jamur yang telah diketahui bersifat saprofit, hidup pada bahan organik, yaitu membantu pelapukan.

        Jamur yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan ada yang bersifat parasit. Jamur parasit pada tumbuhan dibagi menjadi 2 tipe yaitu jamur parasit obligat dan parasit non obligat. Jamur parasit obligat yaitu Jamur yang dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap berhubungan dengan tumbuhan inangnya. Jamur parasit non obligat yaitu jamur yang membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap dapat menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup (Agrios, 1996). 

        Berdasarkan hasil penelitian Ningsih (2012), terdapat tujuh jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman jeruk. Jamur tersebut antara lain :

1.     Basidiophora sp.



Menurut Bassey, 1979 klasifikasi Basidiophora sp adalah sebagai berikut : 

Kingdom         : Fungi
Divisi               : Oomycota
Sub divisi        : Phycomycotina
Kelas               : Phycomycetes
Ordo                : Peronosporales
Famili              : Peronosporaceae
Genus              : Basidiophora
Spesies            : Basidiophora sp

         Hasil pengamatan secara makroskopis pada media CYA (Czapek’s Yeast Agar) selama masa inkubasi 7 hari memperlihatkan bentuk yaitu hari ke 1 jamur ini membentuk miselium seperti benang tipis berwarna putih, bentuk koloni bulat dengan tepi rata dan warna balik koloni berwarna putih. Hari ke 3 bentuk koloni bulat memanjang, berwarna kuning kemerahan dengan tepi seperti benang-benang halus. Bagian bawah berwarna putih kemerahan dengan stuktur seperti kapas tipis dan halus. Hari ke 7 koloni berbentuk bulat memanjang berwarna kuning kemerahan dengan tepi tidak rata seperti kapas halus bewarna putih. Warna balik koloni kuning kemerahan.                        
   
 2. Sphaceloma sp.


Menurut Bassey, 1979; Watanabe, 1937; Barnet dan Hunter, 1998; Samson dkk, 1995 klasifikasi Sphaceloma sp adalah sebagai berikut:  

Kingdom      : Fungi
Devisi           : Eumycota
Sub devisi     : Deuteromycotina
Kelas            : Deuteromycetes
Ordo             : Melanconiales
Famili            : Melanconiaceae
Genus           : Sphaceloma
Spesies          : Sphaceloma sp

      Hasil pengamatan secara makroskopis pada media CYA selama masa inkubasi 7 hari pada memperlihatkan bentuk yaitu hari ke 1 miselium seperti kapas tipis berwarna putih, bentuk koloni bulat dengan tepi rata dan warna balik koloni berwarna putih, pada hari ke 3 bentuk koloni bulat seperti kapas berwarna putih kemerahan dengan bagian tengahnya menggunung, tepi koloni tidak rata dan warna balik koloni berwarna putih kemerahan, dan pada hari ke 7 koloni berbentuk bulat dengan tepi rata, seperti kapas halus dengan bagian permukaan jamur berwarna putih kemerahan dan warna balik koloni kuning kemnerahan.    

3. Colletotrichum sp.


Menurut Bassey, 1979; Watanabe, 1937; Barnet dan Hunter, 1998; Samson dkk, 1995 klasifikasi Collectrichum sp adalah sebagai berikut :
 
Kingdom     : Fungi
Devisi         : Eumycota
Sub devisi   : Deuteromycotina
Kelas           : Deuteromycetes
Ordo           : Melanconiales
Famili          : Melanconiaceae
Genus         : Collectrichum
Spesies        : Colletotrichum sp.

Hasil pengamatan secara makroskopis jamur Colletotrichum sp pada media CYA selama masa inkubasi 7 hari memperlihatkan bentuk yaitu hari ke 1 miselium berwarna putih seperti benang, bentuk koloni bulat dengan tepi tidak rata dan warna balik koloni berwarna putih, hari ke 3 miselium jamur seperti kapas tebal bewarna putih berbentuk bulat telur dengan tepi koloni rata dan warna balik koloni berwarna putih dengan bercak merah kekuningan, dan hari ke 7 bentuk koloni berbentuk bulat telur dengan tepi tidak rata, permukaan koloni berwarna putih dan berbentuk seperti kapas tebal, dan warna balik koloni berwarna putih dengan bercak merah kekuningan. Menurut Istiqorini (2008) koloni jamur Colletotrichum sp berwarna putih keabuan sampai abu tua pada hari ke 7.

4. Phytophthora sp


Menurut Barnet dan Hunter, 1998; Watanabe, 1937; Samson dkk, 1995; Bassey, 1979, klasifikasi Phytophthora sp  adalah sebagai berikut :

Kingdom         : Fungi
Divisi               : Oomycota
Sub divisi        : Phycomycotina
Kelas               : Phycomycetes
Ordo                : Peronosporales
Famili              : Pythiaceae
Genus              : Phytophthora
Spesies            : Phytophtora sp
           
          Hasil pengamatan secara makroskopis pada media PDA selama 7 hari masa inkubasi pada suhu ruang  memperlihatkan perubahan yaitu hari ke 1 jamur ini membentuk miselium seperti kapas tipis berwarna putih dengan tepi tidak rata, bentuk koloni bulat dengan warna balik koloni putih, pada hari ke 3 koloni berbentuk bulat bagian tengahnya berwarna kuning dengan tepi koloni berwarna putih. Miselium seperti benang halus dan tipis yang membentuk seperti kapas. Bagian tengahnya tampak seperti kapas yang menebal dengan tepi seperti kapas halus dan tidak rata.  Warna balik koloni kuning keputihan, dan pada hari ke 7 koloni jamur sudah memenuhi media dengan bentuk bulat, tengah koloni bewarna kuning dengan tepi koloni berwarna putih, miselium seperti gumpalan kapas tipis yang menyebar, dengan bagian tengahnya seperti kapas yang menebal. Bagian tepi koloni tidak rata dan warna balik koloni kuning.


  Menurut Bassey (1979)  klasifikasi Capnodium sp adalah sebagai berikut: 

Kingdom     : Fungi
Devisi         : Eumycota
Sub devisi   : Ascomycotina
Kelas           : Ascomycetes
Ordo           : Erysiphales
Famili          : Capnodiaceae
Genus         : Capnodium
Spesies        : Capnodium sp.


Deskripsi jamur Capnodium sp dari hasil pengamatan secara makroskopis pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dalam masa inkubasi 7 hari pada suhu ruangan memperlihatkan bentuk yaitu hari ke 1 jamur membentuk koloni tidak beraturan bewarna putih seperti benang, koloni berbentuk bulat dengan tepi tidak rata, pada hari ke 3 koloni berbentuk seperti kapas tipis, tidak beraturan, dengan permukaan kasar berwarna hijau muda pada bagian tengahnya, tepi koloni tidak rata dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda, dan hari ke 7 koloni berbentuk bulat dengan permukaan koloni kasar dan seperti kapas yang padat berwarna kehitaman, tepi koloni tidak rata dan permukaan bawah koloni berwarna hitam. Menurut Bassey (1979) miselium genus Capnodium berwarna hitam dan konidia berwarna gelap. 

 6. Fusarium sp.



Menurut Bassey, 1979; Watanabe, 1937; Barnet dan Hunter, 1998; Samson dkk, 1995 klasifikasi Fusarium sp  adalah sebagai berikut :

Kingdom      : Fungi
Devisi         : Eumycota
Sub devisi   : Deuteromycotina
Kelas           : Deuteromycetes
Ordo           : Moniliales
Famili          : Tuberculariaceae
Genus         : Fusarium
Spesies        : Fusarium sp

Hasil pengamatan secara makroskopis pada media PDA selama masa inkubasi 7 hari pada suhu ruangan memperlihatkan bentuk pada hari ke 1 jamur  membentuk miselium seperti kapas halus berwarna putih dengan tepi tidak rata dan permukaan bawah koloni bewarna putih, pada hari ke 3 koloni berbentuk seperti kapas dengan bagian tengahnya menggunung berwarna merah muda dengan tepi rata berwarna putih, dan bagian bawah koloni berwarna kuning kemerahan dan pada hari ke 7 permukaan koloni tampak kasar dan berwarna merah muda. Menurut Samson dkk, (1995) Fusarium sp memiliki area miselium seperti kapas, dan setiap koloni spesies mengalami perubahan putih kemudian menjadi kuning, merah muda atau coklat. Jamur Fusarium sp yang diisolasi dari rhizosfer tanaman labu dan tomat, secara makroskopis koloninyan tampak berwarna merah agak ungu dengan miselium seperti kapas (Ilyas, 2006).

Referensi 
Agrios, G.N., 1996, Ilmu Penyakit Tumbuhan, Penerjemah Munzir Busnia, Gajah Mada University Press.
Bessey, E, A., 1979, Morpholgy and Taxonomy Of Fungi, Edisi ke-3, Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi. 12 Juli 2010.
Barnet, H.L and Hunter, B.B., 1998, Illustrated Genera of Imperfect Fungi, The American Phytopathological Society Press. 
Istikorini, Y., 2008, Potensi Cendawan Endofit Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa. IPB  
Ningsih, R., 2010, Studi Penyakit Pada Daun Tanaman Jeruk Keprok Madu Terigas (Citrus Reticulata var Unshiu), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak. 
Samson R.A.; Hoekstra E.S.; Frisvad J.C. and Filtenborg O., 1995, Introduction to Food Borne Fungi,  Ed ke-4, Ponsen & Looyen, Netherlands. 
Shivas, R dan Beasley, D., 2005, Plant Pathology Herbarium, Queensland Departemen of Primary Industries and Fisheries, Australia  
Wanatabe., T., 1937, Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi Morphologies of Cultured Fungi and Key to Spesies, Edisi ke-2, Boca Raton London New York Washington D.C